Tragedi Mina menjadi “panggung” bagi banyak pihak. Media Iran langsung menuduh pangeran Arab Saudi sebagai penyebabnya. Seorang anggota DPR RI mengusulkan Makkah dan Madinah diambil alih dari Arab Saudi. Tak ketinggalan, Denny J.A pun membuat “survei kecil-kecilan” yang kembali memantik kontroversi.
Melalui laman Facebook Denny J.A’s World, pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu meminta pendapat masyarakat agar haji tidak menjadi ibadah yang paling banyak memakan korban manusia. Ia pun mengusulkan agar dilakukan reformasi manajemen haji secara radikal alian out of the box.
Bagaimana caranya?
“Tiga cara bisa dilakukan. 1) ulama terkemuka mengeluarkan fatwa bahwa jumlah hari haji yang sah tak hanya 5 hari, tapi berbulan-bulan. 2) Arisitektur di Mina diubah agar semakin nyaman dan aman untuk menampung jutaan jemaah yg terus bertambah. 3) Arab Saudi melibatkan manajemen multi nasional dengan kualitas internasional terutama di Mina,” tulisnya, Sabtu (26/9/2015).
Ia pun meminta pendapat netizen apakah setuju dengan usul tersebut dan apa alasannya.
Sejumlah netizen mengkritik keras poin pertama yang diusulkan Denny J.A. Alasannya, ibadah haji adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya hanya di bulan Dzulhijjah, khususnya tanggal 9 hingga 13 Dzulhijjah.
“Ibadah tuh ada yang waktu dan tata caranya sudah ditentukan, kalo mau ditambah/diperpanjang. Ibarat orang boleh sholat subuh sore-sore. Kan anehh jadinya,” komentar Yudha Wisnu Syaputra.
“Pak Denny J.A ibadah bukan demokrasi. Kalo ndak paham Islam jangan bicara tentang Islam,” tambah Ibnu Jauhari Al Bantuly.
“Haji gak cuma 5 hari tapi jadi berbulan-bulan?? sekalian digabungin sama pendapat yang lain, haji gak usah ke Mekah. Trus jadiin agama baru. Jadi gak perlu merubah-ubah Islamnya. Konsekwensi menjadi seorang muslim ya harus menuruti seluruh hukum yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan hadist. Gak setju?? Ya tinggal buat agama sendiri yang lebih cocok, sesuai selera masing-masing. kalau dirasa ajaran Islam itu gak efisien, buang-buang uang, buang-buang nyawa, gak usah rubah Islamnya seperti yang terjadi pada agama Kristen yang diubah-ubah sampai sebegitu banyak versinya. Cukup buat agama baru,” tandas Muhammad Hafiz. [Ibnu K/Bersamadakwah]