PERASAAN wanita sungguh sangat jauh berbeda dengan perasaan pria. Kalau boleh diibaratkan, hati wanita itu seperti sebuah balon. Tak bisa dipegang erat-erat dan bisa meletus, apalagi tertusuk jarum.
Dalam bahtera rumah tangga pengantin baru, terkadang ucapan atau perbuatan yang tak disengaja baik dari suami atau istri itu bisa menungkik dengan tajam ke jantung hati, sungguh sangat menyakitkan. Terlebih yang menjadi korban adalah istri.
Ketika tanpa sengaja si suami menyakiti hati seorang istri. Apakah si suami sadar? Tak hanya istrinya sendiri yang merasakan perih luka di hati itu. Ada insan-insan terdekatnya juga ikut merasakan.
Lalu siapakah mereka yang tersakiti itu?
Yang pertama adalah kedua orangtua istri. Karena istri itu adalah buah hati tercinta orangtuanya. Ia dibesarkan sejak kecil dengan cinta dan kasih sayang, tentunya hal ini sangat memukul perasaan mereka. Tatkala si buah hati sudah dimiliki oranglain, orangtuanya dengan terpaksa hanya ikut bersedih melihat anaknya tersakiti. Padahal kalau diingatkan lagi, dulu, si suami mengucapkan kalimat qabul di depan penghulu dan orangtua istri, yang tentunya disaksikan Allah SWT dan segenap makhlukNya.
Yang kedua adalah saudaranya (abang, kakak dan adik). Ingatkah pertama kali saat berkunjung ke rumah istri, ada algojo yang sangat galak? Ya, ada saudaranya yang menatap tajam, mengintrogasi, bahkan ikut juga memvonis setuju atau tidak setuju ketika si suami dulu mulai mendekati saudaranya. Itu karena si algojo ingin melindungi saudaranya dari apa pun dan siapa pun. Ia tak akan pernah sudi saudaranya jatuh di tangan orang yang salah. Terutama pada orang yang akan menyakiti fisik dan psikis saudaranya suatu hari nanti.
Dan yang terakhir adalah sahabat karibnya. Ingatkah salam pertama kali yang disampaikan oleh sang suaminya dulu? Melalui siapa? Ya, melalui sahabat karibnya itu. Si suami dulu berulang-ulang menanyai hal yang sama kepada sahabatnya, tentang si gadis idaman hati. Menanyakan sampai sesuatu tak penting untuk dibahas, seperti, “Dia sekarang pakai baju warna apa?” Tak perduli pagi, siang, sore, dan malam, suami yang dulu sibuk mencari kabar terbaru gadis idaman dari sahabat karibnya. Berbagai cara dilakukan si suami agar urusan perasaannya bisa diurus oleh sahabat karibnya, termasuk memberikan hadiah cokelat, es krim dan lain-lain. Bisa dibilang kolusi menggunakan jasa sahabat karibnya. Nah, setelah sahabat karibnya percaya melihat perjuangannya selama ini. Bisikan halus sahabat berhembus mesra ke telinga gadis idaman. Cinta mereka bisa bersatu, karena sahabat karibnya. Tapi lihatlah sekarang, si pemberi jasa berduka cita mendengar sahabat karibnya merintih di kamar.
Astagfirullah, begitu banyaknya ternyata insan-insan yang ikut menjadi korban perasaan sakit hati. Mungkin kita lupa, dulu gadis idaman itu di bentengi oleh insan-insan pecinta, gadis impian itu dibelenggu oleh rantai kasih sayang keluarga dan sahabat. Ah, mungkin pria itu juga lupa, ia pernah berjanji menjadi perwakilan sepenuhnya di antara keluarga dan sahabat untuk menyayangi, melindungi, menjaganya dari apa pun dan siapa pun. Tetapi lihatlah sekarang! Balon itu meletus sebelum mengudara. [Asmara Dewo/Islampos]