Ini Penuturan Pasien yang Terakhir Kali Dibantu Bidan Anik

Ajijul sedang menggendong Livian, bayi yang dilahirkan dengan pertolongan bidan Anik Setya Indah.

Bayi merah berusia tujuh hari itu berbalut kain dari ujung kaki hingga ke leher. Livian, nama bayi laki-laki itu. Bayi itu terlihat sehat. Matanya kerap mengarah ke wajah ibunya.
Livian adalah bayi yang terakhir ditolong oleh bidan Anik dalam persalinan Ajijul, ibu Livian. Keluarga Ajijul pun tak menyangka ada kabar duka tentang meninggalnya bidan yang menolong persalinan anak keempat Ajijul itu.
"Kesal rasanya mendengar berita dia meninggal habis menolong kami," ujar Iyat, abang kandung Ajijul, kepada Kompas.com, Kamis (26/11/2015).
Iyat ditemui di rumahnya di Dusun Betung, Desa Tembawang Bale, Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Iyat pertama kali mendatangi rumah bidan Anik di Kompleks Polsek Manyuke, tempat suami Anik bertugas sebagai polisi.
Sebelum menemui bidan Anik, Iyat sempat menghubungi bidan lainnya. Namun, lantaran sedang piket, bidan tersebut merekomendasikan Anik.
"Saya datang ke rumahnya sekitar pukul tujuh malam. Dia suruh saya pulang duluan. 'Nanti aku nyusul sama suami aku. Kalian pulang jak duluan'," ujar Iyat menirukan ucapan Anik.
Tidak sedikit pun ungkapan penolakan terlontar dari mulut Anik malam itu. Padahal, saat itu dia baru saja pulang seusai membantu persalinan pasien lain di dusun yang sama dengan Ajijul.
"Nanti kalau aku sanggup aku tangani," kata Iyat kembali menirukan ucapan Anik.
Sekitar pukul 20.00, kata Iyat, Anik datang diantar oleh suami beserta anaknya menggunakan mobil pribadi.
Proses persalinan berlangsung sejak Kamis (19/11/2014) pukul 21.00 hingga pukul 00.30 Jumat (20/11/2015) dini hari.
Tidak ada hambatan. Proses persalinan pun berjalan dengan lancar. Livian lahir dalam keadaan selamat dengan bobot tubuh 2,3 kilogram.
Ajijul mengatakan, seusai melahirkan, dia sempat diberi obat. Anik pun berjanji untuk datang lagi keesokan harinya.
"Kalau aku besok masuk kerja, aku singgah nyuntik Mbak, kalaupun ndak sorenya," kata Ajijul menirukan ucapan bidan Anik.
Saat itu, kata Ajijul, dia tidak melihat tanda-tanda jika Anik kesakitan. Sekitar pukul 01.00 dini hari, bidan itu pun pamit dan kembali ke rumah.
Senada dengan Ajijul, suaminya pun mengungkapkan hal yang sama. "Ditunggu seharian, tetapi ndak ada kabar. Sekalinya dapat kabar sekitar pukul enam sore sudah mau maghrib dengar kabar dia meninggal," ujar Andip, suami Ajijul.
Bagi Ajijul dan keluarganya, bidan Anik dikenal suka menolong orang. Bahkan, anak-anak mereka jika merasa tidak enak badan selalu meminta obat dengan bidan Anik.
"Kalau dibanding bidan yang lain, ibu Anik ini paling mudah dipanggil, paling ringan tangan, paling suka menolong orang. Anak-anak di sini pun kalau rasa ndak enak badan minta obat sama dia," kata Andip.
Diberitakan sebelumnya, bidan asal Semarang tersebut meninggal dunia seusai menolong pasien di pedalaman Kalimantan Barat. Kabar meninggalnya bidan Anik beredar melalui akun Facebook oleh sejumlah dokter pada Selasa (24/11/2015).
Yohanes Kurnia Irawan / Kompas.com