Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa kelak akan muncul satu golongan orang yang membaca Al Qur’an namun tidak melewati kerongkongan. Apa maknanya dan siapakah mereka?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
“Akan keluar manusia dari arah Timur dan membaca Al Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya” (HR. Bukhari)
Taraaqi merupakan jama’ dari tarquwah yang artinya tulang yang berada di antara leher dan tengkuk yang dalam bahasa Indonesia disebut kerongkongan.
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullan menjelaskan, maksud bacaan Al Qur’an tidak melewati kerongkogan adalah tidak diangkat kepada Allah, tidak ada nilainya di sisi Allah. Jika kerongkongan saja tidak terlewati, maka tentu ia tidak akan sampai ke hati.
Adapun mengenai arah Timur dalam hadits tersebut, Ibnu Hajar memilih bahwa yang dimaksudkan adalah dari Irak karena Irak letaknya di sebelah timur Madinah.
Tak hanya tilawahnya tak melewati kerongkongan, tak hanya tilawahnya tak sampai ke hati, tak hanya tilawahnya tidak berpahala, tak hanya tilawahnya tidak bernilai di sisi Allah, namun orang yang disebutkan dalam hadits tersebut juga keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.
Lalu, siapakah orang yang dimaksud dalam hadits tersebut? Secara khusus menurut Ibnu Hajar, orang-orang tersebut adalah orang-orang khawarij dan secara umum adalah orang-orang munafik.
Orang-orang khawarij adalah orang-orang yang mengkafirkan Ustman bin Affan radhiyallu ‘anhu dan meyakini bahwa ia bisa dibunuh dengan haq. Mereka mendukung Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu hingga terjadinya tahkim di Shiffin. Kaum khawarij menolah tahkim dan kemudian mengkafirkan Ali bin Abu Thalib.
Sedangkan orang-orang munafik, pada hakikatnya mereka tidak termasuk orang-orang beriman karena hanya mengucapkan keimanan secara lisan sedangkan hati mereka mendustakan.