tulang rawan pecah
Perkenalkan nama saya Devita Ayuningtyas, saya member baru di Celebrity Fitness (CF) dengan nomor kartu IDN871571 dengan menggunakan Personal Trainer (PT) yang disediakan oleh CF. Saya bergabung menjadi member pada tanggal 6 Juni 2015 dan mengalami cedera pada tanggal 20 Juni 2015.
Pada awal mendaftar sebagai anggota di CF, saya disarankan memakai Personal Trainer dengan alasan salah satunya adalah “untuk menghindari cidera serius pada saat latihan”. Namun kenyataan yang saya dapat, baru lima kali latihan saya malah mengalami cedera cukup serius, dikarenakan kelalaian PT yang tidak mengarahkan posisi kaki pada saat melakukan gerakan Uppercut (pada latihan agility dengan gerakan Boxing).
Tempurung kaki kanan saya bergeser, sehingga saya mengalami sakit yang amat sangat. Tak cuma sakit, namun saya harus beristirahat total selama proses pemulihan sehingga menyita waktu kerja saya, aktivitas sehari-hari saya dan belum lagi mengeluarkan biaya yang cukup besar. Biaya yang saya keluarkan untuk menjadi member dan memakai personal trainer tidak sedikit, namun ternyata saya malah mendapatkan cidera.
Niat sehat malah celaka. Kronologis kejadiannya hari Sabtu tanggal 20 Juni 2015 sekitar jam 19.30 saya tiba di Celebrity Fitness (CF) Cinere Bellevue dan sebagai anggota member baru saya memakai personal trainer, dengan harapan saya supaya menghindari cedera apabila saya fitness sendiri. Nah, kebetulan pada hari itu PT saya sedang off, lalu PT saya yang dijanjikan akhirnya digantikan PT yg bertugas disana. Lalu saya melakukan pemanasan sekitar 10 menit setelah itu saya diajak oleh trainer untuk latihan boxing.
Pada saat itu PT mengajarkan saya bagaimana cara memukul, posisi siku dan juga posisi bahu, tetapi lupa untuk mengajarkan posisi kaki disaat mengambil kuda-kuda. Setelah trainer mencontohkan gerakan pukulan depan (Jab Cross) dan pukulan samping dari bawah (Uppercut) kepada saya dan saya disuruh mencoba mengikuti gerakannya. Tetapi disaat saya mencoba gerakan Uppercut, seketika lutut kanan saya rasanya seperti ada yang putus/lepas dan berbunyi ‘kletek’.
Langsung saya menjatuhkan diri karena saya kesakitan teramat sangat hingga saya menangis. Lalu kaki saya sudah kaku susah digerakan dan saya ditidurkan ke lantai, kaki lutut kanan saya ditempelkan ke bosu (bantalan keseimbangan berwarna biru).Lalu trainer yang mengajarkan saya tersebut memanggil senior PT-nya, kemudian si PT senior tersebut berusaha melepaskan sepatu saya dan mencoba menggerakan kaki saya tersebut. Dia juga mencoba menekuk kaki saya secara perlahan tetapi saya kesakitan. Dan pada kejadian para trainer seperti kebingungan, yang sangat disayangkan disanapun tidak ada kotak P3K atau perlengkapan awal kecelakaan.
Karena senior PT tersebut menyuruh kepada trainer untuk mencarikan es batu.Trainer tersebut pergi keluar CF dan ketika kembali sudah membawa bungkusan plastik yang berisi es batu. Es batu tersebut dikompreskan ke lutut saya tapi saya meraung kesakitan. Senior PT mengatakan “tahan mbak, namanya juga es.” Saya pun bertanya-tanya kepada para trainer kebetulan ada 3 orang yang saat itu mendekati saya. Senior PT dan 2 orang PT.
”Ini saya kenapa ya mas? Dan jawaban dari mereka seakan-akan seperti kaki saya hanya keseleo tetapi mereka tidak yakin juga mengatakan itu.Terus saya masih tanya,“harus gimana ya ini? Kemana?”. Dari 3 orang trainer tersebut ada yang mengatakan “Mbak coba ke tukang urut saja tapi yang profesional” dan satu lagi mengatakan “iya, kalau mau ke tukang urut cari yang emang pengalaman dan kalau mau ke rumah sakit ke Pejaten di Rumah Sakit Siaga atau Rumah Sakit Setia Mitra, karena setahu saya kalau atlet kesana”.
Kira-kira 30-45 menit saya direbahkan sambil dikompres es. Karena jam sudah menunjukan hampir pukul 21:00 dan CF juga udh sepi, maka para trainer berniat mengantarkan saya pulang ke rumah (bukan langsung dibawa ke rumah sakit atau ke tempat pengobatan ahli). Saya pada hari itu membawa kendaraan (mobil) tetapi karena kaki kanan saya sudah tidak dapat ditekuk dan tidak dapat berjalan, saya pun digendong oleh salah satu trainer untuk dibawa ke mobil dan 3 orang PT itu mengantarkan saya hingga kerumah.
Sesampainya dirumah mereka mengatakan kepada ibu saya “maaf ya bu”. Ibu saya tanya “kenapa ini?”,mereka jawab “nggak apa-apa kok bu, ini dikompres saja sampai besok pagi kalau besok pagi masih bengkak baru diperiksa”. Terus saya marah “Bagaimana besok pagi, saya ini nggak bakal bisa tidur! Ini sakit banget!”. Trainer itu menjawab “itu sudah cara bener kok dikompres pakai es”, dan mereka langsung pamit pulang.
Tidak lama saat mereka pulang, saya dikirim pesan lewat WhatsApp oleh salah satu trainer untuk menanyakan keadaan dan dia juga meminta saya untuk coba diurut ke tempat ahli. Saya juga katakan kalau saya juga mau kesana. (Karena saat di CF sampe saat saya dibawa kerumah menurut mereka cedera saya anggapannya seperti hanya keseleo tanpa cedera khusus) dan saya pun awam akan hal itu.
Dibawalah saya ke Haji Naim pada malam itu oleh keluarga saya. Untuk saya masuk dan keluar mobil kaki saya sudah tidak sanggup menapak dan menekuk, bahkan sesudah sampai di rumah dan menuju Haji Naim. Saat di Haji Naim, dia mengatakan tempurung saya geser ke kanan. Dan sebelumnya pun saya sudah menduga lutut saya bergeser karena berbeda terlihat kasat mata.
Singkat cerita pada hari kelima, keadaan juga belum membaik dan saya memeriksa ke Rumah Sakit Siaga di Pejaten dan bertemulah dengan dokter orthopedic, dr. Jose Rizal. Saya diminta untuk MRI dan rontgen. Hasil MRI mengatakan kalau bantalan sendi saya sobek (meniscus) dan ada lose body (serpihan tulang), saya pun diminta untuk operasi yang dinamakan operasi arthroscopy, tetapi pada saat itu saya kaget dengan biaya operasi tersebut dengan hampir Rp. 50 juta. Sayapun memutuskan untuk mencari opsi lain, keesokan harinya ke Rumah Sakit Fatmawati,bertemu dengan dokter orthopedic bernama dr. Abu Bakar, saya langsung diminta untuk rawat inap untuk dapat diobservasi.
Selama dirawat di RS Fatmawati tindakan yang dilakukan adalah lutut saya disedot cairannya oleh dr. Andre Pontoh dan menurut beliau tunggu sampai dua bulan sembuh atau tidak. Ternyata dua bulan kemudian saya belum juga kembali normal, hasil setelah disedot cairan dilutut itu, lutut kaki saya hanya bisa ditekuk 45 derajat. Selama saya kontrol ke RS Fatmawati susah sekali untuk saya menemui dr. Andre Pontoh dan hanya dapat bertemu dengan asisten beliau.
Begitupun juga ketika saya mencoba daftar di RS Pondok Indah saya baru dapat bertemu beliau sebulan kemudian karena waiting list. Saya masih mencari alternative dokter lain, hasil dari referensi kerabat. Saya pindah lagi ke RS Siloam Kebun Jeruk dan bertemu dengan dr. Hendry Suhendra sebagai specialist orthopedic juga.
Dokter menyarankan sebelum tindakan operasi Antroscopy sebaiknya kita coba dulu dengan suntikan pelumas (oli) 3 kali suntikan di tiap minggu. Dan itu sudah saya lakukan tetapi tidak juga sembuh, dan dokter tersebut juga mengatakan kalo saya harus dioperasi lagi karena belum juga sembuh. Selama beberapa bulan itulah sudah dilakukan beberapa tindakan oleh dokter karena saya juga berharap besar untuk jangan sampai dioperasi, tetapi karena kaki saya belum juga membaik kembali normal maka saya pun memutuskan untuk melakukan operasi seperti saran dari dokter.
Dan tepatnya tanggal 30 Januari 2016 saya melakukan operasi Antroscopy di RS Siloam Kebun Jeruk, dan hasil dari operasi tersebut ada 2 serpihan tulang yang diangkat/diambil dari sendi saya karena terjadi patah atau terurai didalam. Dokter tersebut juga mengatakan kalau tulang rawan saya ancur dan sejauh ini belum ada obat yang resmi untuk penyembuhannya. Yang berarti ini akan menjadi cacat tetap bagi diri saya.
Saya melalui pengacara saya dalam hal ini juga telah melayangkan somasi (teguran) kepada PT. Extertainment Indonesia untuk meminta pertanggungjawaban, setidaknya atas biaya operasi dan perawatan yang sudah serta yang akan saya keluarkan. Namun, apa dikata, jangankan biaya pertanggungjawaban, saat saya menuliskan keluhan saya di jejaring sosial, mereka dengan arogansinya melalui pengacaranya malah mengancam saya akan dibawa ke pengadilan karena pencemaran nama baik.
Padahal, delik pencemaran nama baik itu baru bisa dibenarkan apabila apa yang dikatakan merupakan kebohongan atau rekayasa untuk menjatuhkan nama orang/instansi. Tapi, hal ini bukan untuk menjatuhkan atau mencemarkan, namun lebih kepada MENGHIMBAU kerabat saya ataupun para calon konsumen tempat pelatihan olah kebugaran untuk lebih teliti dalam memilih dan untuk meminta pertanggungjawaban.
Untuk Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, sebaiknya hal ini diinvestigasi dan dilakukan kepada seluruh layanan olahraga seperti halnya CF ini. Mengingat, konsumen seakan-akan diabaikan haknya yang sebagaimana telah diatur oleh UU perlindungan konsumen dalam hal pertanggungjawaban. Buat himbauan dan pelajaran kepada tempat olah kebugaran dan juga kepada calon member layanan kebugaran: Perusahaan pengelola tempat olah kebugaran yang besar, seharusnya ada SOP di dalamnya dan memiliki perlengkapan P3K itu adalah wajib dan melatih kepada seluruh karyawannya cara-cara Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang kemungkinan akan terjadi di tempat latihan olah kebugaran, atau bahkan lebih baik lagi apabila diharuskan pada tiap tempat latihan kebugaran untuk memiliki tim medisnya sendiri mengingat bahwa tempat latihan olah kebugaran seperti ini rentan akan kecelakaan/cidera.
Buat calon member tempat fitness manapun, sebaiknya sebelum memutuskan memakai trainer, sekalipun anda dirayu/diminta menggunakan PT, jangan sampai langsung setuju saja, minta bukti sertifikat trainer untuk diperlihatkan kepada anda. Mungkin ketika anda ingin mendaftar aturan-nya tidak dijelaskan oleh pihak Marketing di sana, coba kalian minta waktu untuk dibawa pulang supaya anda dapat membaca ketentuan dan aturan yang berlaku.
Saya tidak tahu apakah ada tempat fitness yang ternama atau tidak yang mempunyai peraturan bahwa pihak pengelola fitness akan bertanggungjawab apabila member cedera saat masih berlatih dan berada di dalam tempat fitness tersebut. Kalau memang ada yang seperti itu, sebaiknya dipilih saja.
Jangan memilih berdasarkan nama besar, tapi cari yang terbaik dan mau bertanggungjawab atas kesehatan konsumen yang setiap bulannya sudah membayar sesuai yang diminta. Berikut foto-foto dari mulai saya diberikan treatment es batu sampai kondisi terakhir saya: Menggunakan es batu Rawat jalan sebelum operasi Treatment oleh dokter Sesaat setelah operasi Latihan berjalan pasca operasi.
Latihan berjalan pasca operasi
Tertanda,
Devita Ayuningtyas
E-mail: devita2112@gmail.com
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/tatadevita/menjadi-cacat-karena-olahraga-surat-terbuka-untuk-celebrity-fitness_56cfcde16d7a61a10d3ef2cc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/tatadevita/menjadi-cacat-karena-olahraga-surat-terbuka-untuk-celebrity-fitness_56cfcde16d7a61a10d3ef2cc